KONFLIK ANTAR INDIVIDU DENGAN KELOMPOK
Manusia merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna. Karena kita dibekali akal fikiran yang sempurna pula. Setiap manusia memiliki masalahnnya sendiri-sendiri, karena pemasalahan sudah menjadi asam garam dalam kehidupan kita. Permasalahan yang sering timbul itu di akibatkan karen adannya konflik, baik itu konflik antar individu, individu dengan kelompok, individu dengan organisasi masyarakat, dan masih banyak lagi jenis konflik lainnya. Lalu bagaimana kah kita cara menghadapi setiap konflik yang ada? Bagaimana kah solusinnya?? pertama-tama kita harus mengetahui terlbihdahulu apa itu konflik?
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Sekarang saya akan membahas mengenai konflik antar individu dengan kelompok. Saya pernah mempunyai seorang kawan sekelas saya. Mungkin memang sudah settingan kepribadian dia seperti itu mungkin ya, yang sepertinnya aga kurang dapat diterima saya dan kawan-kawan sekelas saya. Pendapat saya apabila menanggapi tentang masalh ini sebenarnnya masalahnnya abstrak. Saya dan kawan-kawan sekelas saya hanya kurang suka dengan keberadaan atau kepribadian nnya di dalam kelas karena menurut saya itu berlebihan. Tingkah lakunnya di kelas kian hari kian membuat kami semua jengkel akan perbuatannya yang terkesan so tahu dan pengatur. Lama kelamaan secara tidak disengaja juga kawan-kawan saya sekelas pun merasakkan apa yang saya rasakkan ketidaksukaan akan sikapnnya yang sedikit menganggu sekali.
Suatu ketika ketika kami berada di dalam kelas ya kita sebut saja kawan saya yang bermasalah itu bernama yanto. Suatu hari ia mengajukkan pendapatnnya mengenai sesuatu di hadapan dosen, dan teman saya pun berbicara spontan kepada si yanto, yang membuat si yanto kecewa dan tersinggung atas ucapannya, sehingga kawan-kawan saya sempat mengajak si yanto untuk berkelahi karena kita semua memang sudah benar-benar jengkel dengan sifat dan sikapnnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana apabila saya berada diposisi dia yang memiliki sebuah konflik dengan kelompok kelas saya yang jumlahnnya tidak sedikit. Nauzubilahiminzzalik.
Akhirnnya suatu hari saya bertannya kepada dia, apakah selama ini ia merasa bahwa ia di musuhi oleh teman-teman sekelas saya. Dia jawab tidak. Lalu saya sempat membantu menyelesaikan masalhnnya dengan kawan-kawan sekelas saya dengan cara berembuk.selama menyelesaikan masalah timbul pula beberapa ketegangan yang naik dan surut. Awalnnya kami sempat bersitegang untuk sesaat namun, setelah mencapai beberapa kesepakatan dan si yanto meminta maaf atas sikap dan sifatnnya selama ini. Kami putuskan untuk menghiraukan segala tingkah laku yang berkaitan dengannya. Karena saya rasa keputusan kampus yang paling tepat untuk tidak memasukkan dia dikelas saya lagi. Amin. Karena saya tidak sanggup jika harus satu kelas bersama dia yang kemungkinan nantinnya akan menimbulkan konflik baru.
Begitulah sekilas mengenai konflik yang kawan saya pernah saya alami dengan kelompok kelas saya.
Manusia merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna. Karena kita dibekali akal fikiran yang sempurna pula. Setiap manusia memiliki masalahnnya sendiri-sendiri, karena pemasalahan sudah menjadi asam garam dalam kehidupan kita. Permasalahan yang sering timbul itu di akibatkan karen adannya konflik, baik itu konflik antar individu, individu dengan kelompok, individu dengan organisasi masyarakat, dan masih banyak lagi jenis konflik lainnya. Lalu bagaimana kah kita cara menghadapi setiap konflik yang ada? Bagaimana kah solusinnya?? pertama-tama kita harus mengetahui terlbihdahulu apa itu konflik?
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Sekarang saya akan membahas mengenai konflik antar individu dengan kelompok. Saya pernah mempunyai seorang kawan sekelas saya. Mungkin memang sudah settingan kepribadian dia seperti itu mungkin ya, yang sepertinnya aga kurang dapat diterima saya dan kawan-kawan sekelas saya. Pendapat saya apabila menanggapi tentang masalh ini sebenarnnya masalahnnya abstrak. Saya dan kawan-kawan sekelas saya hanya kurang suka dengan keberadaan atau kepribadian nnya di dalam kelas karena menurut saya itu berlebihan. Tingkah lakunnya di kelas kian hari kian membuat kami semua jengkel akan perbuatannya yang terkesan so tahu dan pengatur. Lama kelamaan secara tidak disengaja juga kawan-kawan saya sekelas pun merasakkan apa yang saya rasakkan ketidaksukaan akan sikapnnya yang sedikit menganggu sekali.
Suatu ketika ketika kami berada di dalam kelas ya kita sebut saja kawan saya yang bermasalah itu bernama yanto. Suatu hari ia mengajukkan pendapatnnya mengenai sesuatu di hadapan dosen, dan teman saya pun berbicara spontan kepada si yanto, yang membuat si yanto kecewa dan tersinggung atas ucapannya, sehingga kawan-kawan saya sempat mengajak si yanto untuk berkelahi karena kita semua memang sudah benar-benar jengkel dengan sifat dan sikapnnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana apabila saya berada diposisi dia yang memiliki sebuah konflik dengan kelompok kelas saya yang jumlahnnya tidak sedikit. Nauzubilahiminzzalik.
Akhirnnya suatu hari saya bertannya kepada dia, apakah selama ini ia merasa bahwa ia di musuhi oleh teman-teman sekelas saya. Dia jawab tidak. Lalu saya sempat membantu menyelesaikan masalhnnya dengan kawan-kawan sekelas saya dengan cara berembuk.selama menyelesaikan masalah timbul pula beberapa ketegangan yang naik dan surut. Awalnnya kami sempat bersitegang untuk sesaat namun, setelah mencapai beberapa kesepakatan dan si yanto meminta maaf atas sikap dan sifatnnya selama ini. Kami putuskan untuk menghiraukan segala tingkah laku yang berkaitan dengannya. Karena saya rasa keputusan kampus yang paling tepat untuk tidak memasukkan dia dikelas saya lagi. Amin. Karena saya tidak sanggup jika harus satu kelas bersama dia yang kemungkinan nantinnya akan menimbulkan konflik baru.
Begitulah sekilas mengenai konflik yang kawan saya pernah saya alami dengan kelompok kelas saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar